Rasaya tak ada kata
bosan jika kita mengitari bangunan tua yang terletak di utara ibukota ini, sepanjang
jalan kita disuguhi lukisan nyata karya arsitektur pada masa penjajahan
belanda. Meski tua dan terlihat tak terurus, namun bangunan tersebut masih
cukup memilki magnet kuat. Tak heran jika tempat ini menjadi incaran para
wisatawan domestik maupun mancanegara.
Panas matahari yang menyengat tak lantas
menyurutkan niat kami untuk menelusuri setiap lorong yang dimiliki bangunan tua
ini, tidak hanya sebatas untuk melepas lelah para wisatawan, tempat ini juga
secara tidak lansung mengingatkan kita bagaimana perjuangan para pahlawan
terdahulu merebut kemerdekaan, itu terlihat dari beberapa meriam yang masih
gagah bertengger di depan taman Fatahillah.
Semakin lama rasanya semakin enggan kami
meninggalakan tempat ini, semakin kami tersirap oleh kemolekannya, Kota Tua seakan
tak pernah lelah menahan jepretan kamera
para wisatawan yang datang, mereka tetap berdiri kokoh, meski tanpa kosmetik
medernisasi, kota tua tetap menjadi primadona. Rasanya layak jika mengaatakan
kota tua tak hanya sebuah bangunan jadul tanpa makna, tapi merupakan “Peradaban Tua di Utara Mertopolitan”.
Oleh : De Sur