Tahun 2013. Awal aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang merupakan sumber mata pencaharian satu-satunya keluargaku. Saat itu aku jumawa. Baru lulus jadi sarjana. Aku punya sedikit tabungan. Dan dengan status baruku itu. Aku mengira mencari kerja akan mudah.
Ternyata tidak semudah itu. Hampir dua bulan aku tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Padahal aku harus membayar kontrakan rumah, memberi makan istri dan satu anak perempuan yang saat itu baru menginjak 5 bulan.
Bulan berikutnya. Akhirnya aku bisa kerja di kantor milik saudara temanku sewaktu di kampus. Gajinya tidak seberapa. Tapi daripada tidak ada pemasukan sama sekali. Aku memutuskan untuk mengambilnya.
Saat itu, jangankan uang seribu. Uang Rp 500 pun sangat berharga buat kami. Bahkan saat belanja selalu sengaja menyisakan supaya ada kembalian Rp 500 rupiah. Lalu kembalian itu aku simpan. Setelah terkumpul, baru aku belikan lagi untuk lauk dan kadang menambah membeli beras jika uangnya kurang.
Beberapa bulan kemudian. Seiring lamanya aku kerja. Prekonomian keluargaku mulai sedikit membaik. Meski tidak sampai mewah. Tetapi untuk sekedar jajan, makan, bayar kontrakan cukup. Malah selalu da sisa untuk kami tabung.
Suatu hari. Sepulangnya shalat Ashar. Rumah tampak berantakan. Maklum kalau punya anak kecil pasti susah membuat rumah rapi dalam waktu yang lama. Sebentar dibereskan. Pasti berantakan lagi.
Aku berinisiatif mengambil sapu. Niatku ingin membersihkan dan merapihkannya. Ada beberapa mainan yang jatuh dibalik kulkas, di bawah rak tv dan tempat lainnya. Terpaksa aku harus menggesernya. Tidak apa sekalian aku sapu bagian bawahnya pikirku.
Dan betapa kagetnya. Entah sengaja atau tidak kami menjatuhkannya. Aku menemukan beberapa koin uang Rp 500 rupiah dibawah kulkas dan di bawah rak tv yang sudah berdebu.
Aku terdiam, teringat bagaimana dulu aku berusaha mengumpulkan uang Rp 500 ini, hanya untuk bisa menyambung makan pagi, siang dan malam. Tapi hari ini. Uang itu menjadi kurang berharga. Bahkan koin itu sampai berdebu dan entah berapa lama ada disana.
Aku berinisiatif memeriksa beberapa kusen rumahku. Dan ternyata masih ada 4 keping yang kutemukan. Entah bagaimana uang Rp 500 itu bisa ada di tempat-tempat itu. Karena kami lupa. Atau karena kami tidak memperdulikannya.
Ternyata bertambahnya rezeki kadang bisa mengikis rasa syukur kita. Awalnya kita sangat memperdulikan hal kecil yang kita punya, benda usang yang kita pakai. Tapi saat Tuhan kasih sedikit keluasan rezeki. Yang kecil kadang menjadi tidak berharga yang usang terganti dengan barang baru.
Semoga kita tidak termasuk orang yang kufur nikmat. Hanya karena Tuhan meluaskan sedikit rezeki kita dibanding hari sebelumnya. "Karena jika kita bersyukur maka Tuhan akan menambahnya, namun jika kita kufur, sesungguhnya adzab tuhan sangatlah pedih".
Sukabumi, 2020
Penulis : Dede Suryana